Laman

Friday, August 23, 2013

Jawaban Elegan dari Sebuah Cibiran

13772517201537892805
moment of victory in fsde (Forum Studi dan Diskusi Ekonomi) UGM 2011


Jawaban Elegan dari Sebuah Cibiran
“Mungkin suatu saat nanti kita harus berterimakasih kepada orang yang telah merendahkan, menghina, membuat kita down, bahkan sampai membuat kita menangis. Karena pada saat itu kita sadar bahwa mereka lah salah satu biang kesuksesan kita …”
- Status Facebook Mohammad Vitrho -


Siapa yang tidak bangga dan bahagia jika mendapat IP (Indeks Prestasi) 4 bulat sewaktu kuliah. Apalagi meraihnya di sebuah Universitas ternama di Indonesia yaitu Universitas Airlangga, tentu itu sebuah hal yang sangat membanggakan. Ya, aku pun sempat merasakan kebanggaan dan kebahagiaan itu ketika mampu mengukir prestasi mendapat IP sempurna di semester pertama. Hampir semua orang waktu itu begitu mengelu-elukan aku. Bapak, ibu, teman-teman, dosen hampir semuanya kecuali satu orang. Dia adalah kakak kelasku yang menjadi asisten dosen waktu itu.
Sejujurnya dia merupakan sosok yang kukagumi. Dia pernah pergi ke luar negeri mengikuti program student exchange. Dia juga pernah mengikuti banyak kompetisi karya ilmiah dan menjadi juara di beberapa ajang tersebut. Aku pun sebenarnya ingin menjadi seperti dia, namun di awal-awal kuliah aku memang ingin memfokuskan perhatianku untuk mendapat IP yang maksimal sehingga belum sempat aku untuk menyisihkan waktu mengikuti kompetisi-kompetisi tersebut.
Dia sebenarnya juga sosok yang baik dan bersahabat. Hanya saja responsnya terhadap keberhasilanku meraih IP 4 benar-benar berbeda dengan yang lain. Cenderung menyudutkan dan tidak menghargai menurutku. Bagaimana tidak, jika yang lain memuji dia malah berkata, ”Jangan bangga jadi jagoan kandang. Keluar sana tunjukkan kalau kamu memang layak menjadi jagoan!”. Jujur siapapun yang pertama kali mendengarnya serasa tidak dihargai dan dilecehkan. Tapi setelah aku berpikir lagi, tidak ada gunanya jika aku tersinggung dan langsung membalas cibiran itu dengan kata-kata. Sejak saat itu aku bertekad untuk membuktikan bahwa aku bukan hanya jagoan kandang.
Peluang pembuktian itu terbuka ketika aku bersama temanku membaca pengumuman lomba Call for Essay yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Gajah Mada (HIMIESPA UGM). Lomba ini merupakan lomba tingkat Nasional yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai penjuru nusantara. Aku pun akhirnya mencoba mengambil peluang tersebut bersama seorang teman. Aku tahu ini menjadi sebuah tantangan besar bagiku. Tidak mudah untuk bisa menjadi juara di even nasional yang diselenggarakan oleh salah satu Universitas terbaik di Indonesia. Untuk itu aku mengerahkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan impianku. Setiap malam sehabis kuliah, aku dan partnerku menggarap esai di perpustakaan kampus sampai larut malam. Saat aku merasa lelah, aku selalu teringat apa yang pernah dikatakan kakak kelasku waktu itu sehingga walaupun sampai larut malam aku tidak pernah mengeluh. Kita berdua juga mencoba berkonsultasi dengan beberapa dosen bahkan termasuk dengan kakak kelasku yang menjadi asisten dosen tersebut. Tak lupa doa dan munajat juga gentur kami panjatkan agar kami diberikan yang terbaik.
Singkat cerita, esai kami akhirnya lolos menjadi finalis. Kami diundang ke kota eksotis Yogyakarta untuk mempresentasikan esai kami. Alhamdulillah, ketika pengumuman juara, kami berhasil meraih juara 1 mengalahkan berbagai kontestan dari kampus-kampus bonafide yang ada di Indonesia. Aku merasa sangat bersyukur dan sangat puas. Inilah bukti nyata bahwa aku tidak hanya jago kandang, tapi aku juga bisa mengukir prestasi di luar kandang. Ini juga merupakan sebuah momen kemenangan yang terasa unik dan sangat spesial bagiku. Ingin sekali rasanya waktu itu bisa langsung menemui kakak kelasku dan memeluknya. Karena berkat cibirannya itulah aku menjadi sangat termotivasi dan akhirnya bisa menjadi juara.
Sepulang dari Yogyakarta, aku pun menemui kakak kelasku untuk mengucapkan terimakasih. Setidaknya ucapan terimakasih itu adalah jawaban yang paling elegan dari cibirannya waktu itu. So, jangan gampang mundur ketika direndahkan, dicibir, atau dihina orang lain. Mari kita jadikan hinaan dan cibiran sebagai bahan bakar untuk meraih kemenangan!

Artikel ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba Shell V-Power Blog Competition yang diselenggarakan oleh Kompasiana bekerja sama dengan Shell.

13748082891468310260



No comments:

Post a Comment