Jawaban Elegan dari Sebuah Cibiran
“Mungkin
suatu saat nanti kita harus berterimakasih kepada orang yang telah
merendahkan, menghina, membuat kita down, bahkan sampai membuat kita
menangis. Karena pada saat itu kita sadar bahwa mereka lah salah satu
biang kesuksesan kita …”
- Status Facebook Mohammad Vitrho -
Siapa
yang tidak bangga dan bahagia jika mendapat IP (Indeks Prestasi) 4
bulat sewaktu kuliah. Apalagi meraihnya di sebuah Universitas ternama di
Indonesia yaitu Universitas Airlangga, tentu itu sebuah hal yang sangat
membanggakan. Ya, aku pun sempat merasakan kebanggaan dan kebahagiaan
itu ketika mampu mengukir prestasi mendapat IP sempurna di semester
pertama. Hampir semua orang waktu itu begitu mengelu-elukan aku. Bapak,
ibu, teman-teman, dosen hampir semuanya kecuali satu orang. Dia adalah
kakak kelasku yang menjadi asisten dosen waktu itu.
Sejujurnya dia merupakan sosok yang kukagumi. Dia pernah pergi ke luar negeri mengikuti program student exchange.
Dia juga pernah mengikuti banyak kompetisi karya ilmiah dan menjadi
juara di beberapa ajang tersebut. Aku pun sebenarnya ingin menjadi
seperti dia, namun di awal-awal kuliah aku memang ingin memfokuskan
perhatianku untuk mendapat IP yang maksimal sehingga belum sempat aku
untuk menyisihkan waktu mengikuti kompetisi-kompetisi tersebut.
Dia
sebenarnya juga sosok yang baik dan bersahabat. Hanya saja responsnya
terhadap keberhasilanku meraih IP 4 benar-benar berbeda dengan yang
lain. Cenderung menyudutkan dan tidak menghargai menurutku. Bagaimana
tidak, jika yang lain memuji dia malah berkata, ”Jangan bangga jadi jagoan kandang. Keluar sana tunjukkan kalau kamu memang layak menjadi jagoan!”. Jujur siapapun yang pertama
kali mendengarnya serasa tidak dihargai dan dilecehkan. Tapi setelah
aku berpikir lagi, tidak ada gunanya jika aku tersinggung dan langsung
membalas cibiran itu dengan kata-kata. Sejak saat itu aku bertekad untuk
membuktikan bahwa aku bukan hanya jagoan kandang.
Peluang pembuktian itu terbuka ketika aku bersama temanku membaca pengumuman lomba Call for Essay yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Universitas Gajah Mada (HIMIESPA UGM). Lomba ini merupakan
lomba tingkat Nasional yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai penjuru
nusantara. Aku pun akhirnya mencoba mengambil peluang tersebut bersama
seorang teman. Aku tahu ini menjadi sebuah tantangan besar bagiku. Tidak
mudah untuk bisa menjadi juara di even nasional yang diselenggarakan
oleh salah satu Universitas terbaik di Indonesia. Untuk itu aku
mengerahkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan impianku. Setiap
malam sehabis kuliah, aku dan partnerku menggarap esai di perpustakaan
kampus sampai larut malam. Saat aku merasa lelah, aku selalu teringat
apa yang pernah dikatakan kakak kelasku waktu itu sehingga walaupun
sampai larut malam aku tidak pernah mengeluh. Kita berdua juga mencoba
berkonsultasi dengan beberapa dosen bahkan termasuk dengan kakak kelasku
yang menjadi asisten dosen tersebut. Tak lupa doa dan munajat juga
gentur kami panjatkan agar kami diberikan yang terbaik.
Singkat
cerita, esai kami akhirnya lolos menjadi finalis. Kami diundang ke kota
eksotis Yogyakarta untuk mempresentasikan esai kami. Alhamdulillah,
ketika pengumuman juara, kami berhasil meraih juara 1 mengalahkan
berbagai kontestan dari kampus-kampus bonafide yang ada di Indonesia.
Aku merasa sangat bersyukur dan sangat puas. Inilah bukti nyata bahwa
aku tidak hanya jago kandang, tapi aku juga bisa mengukir prestasi di
luar kandang. Ini juga merupakan sebuah momen kemenangan yang terasa
unik dan sangat spesial bagiku. Ingin sekali rasanya waktu itu bisa
langsung menemui kakak kelasku dan memeluknya. Karena berkat cibirannya
itulah aku menjadi sangat termotivasi dan akhirnya bisa menjadi juara.
Sepulang
dari Yogyakarta, aku pun menemui kakak kelasku untuk mengucapkan
terimakasih. Setidaknya ucapan terimakasih itu adalah jawaban yang
paling elegan dari cibirannya waktu itu. So, jangan gampang
mundur ketika direndahkan, dicibir, atau dihina orang lain. Mari kita
jadikan hinaan dan cibiran sebagai bahan bakar untuk meraih kemenangan!
Artikel ini ditulis dalam rangka mengikuti lomba Shell V-Power Blog Competition yang diselenggarakan oleh Kompasiana bekerja sama dengan Shell.
No comments:
Post a Comment