Di
tengah hiruk pikuk dan kegaduhan mengenai kebijakan pemerintah untuk menaikkan
BBM, muncul kegaduhan lain yang diciptakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia)
dengan mencoba menolak terselenggaranya acara Miss World 2013 yang akan digelar
pada September mendatang di Bali, Indonesia. Tidak cukup sampai di situ,
ternyata ada statement lain dari MUI yang berusaha mengingatkan pemenang
X-Factor Indonesia Session 1, Fatin Shidqia Lubis, untuk menolak tawaran tampil
di acara tersebut. Tentunya, ini semakin membuat intensitas dan volume
kegaduhan semakin tinggi.
Dengan
tidak mengurangi rasa hormat kepada para Ustadz, Kiyai, dan Da’i yang terhimpun
dalam MUI, jujur saya menulis artikel ini karena tergelitik oleh beberapa
fenomena yang saat ini sedang hangat diperbincangkan yakni mengenai BBM, Fatin
dan MUI. Menariknya, ternyata ada persamaan antara BBM dan Fatin. Yang pertama,
keduanya baru-baru ini benar-benar menjadi daya tarik media masa dan masyarakat
Indonesia. BBM yang merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, merupakan
isu yang sangat sensitif. Segala hal yang menyinggung BBM, terutama berkaitan
dengan harga, akan menimbulkan gejolak mulai dari rakyat jelata sampai
pejabat-pejabat tinggi negara. Sementara Fatin, yang dari awal kemunculannya
sudah mengundang decak kagum - tidak hanya dari dalam negeri bahkan dari
penyanyi luar negeri sekelas Bruno Mars sampai memberikan apresiasi yang tinggi
untuk Fatin -, sehingga tidak mengherankan jika Fatin juga mempunyai magnet
yang sangat kuat untuk menarik perhatian seluruh masyarakat Indonesia.
Persamaan
kedua antara BBM dan Fatin yakni adanya kubu pro dan kontra yang menghiasi
keduanya. Jika membahas BBM, jelas terlihat mana kubu yang mendukung kenaikan
BBM dan mana yang menentang habis-habisan. Fatin Shidqia juga tidak mau kalah,
ada kubu yang begitu membenci Fatin dan ada kubu yang sangat fanatik.
Eksistensi kedua kubu inilah yang menjadi sebab kegaduhan terutama di media
sosial. Saling serang dan adu argumen antara kedua kubu itu begitu panas. Tidak
jarang dari mereka yang kemudian menggunakan kata-kata yang tidak sepatutnya
diucapkan atau ditulis.
Namun
yang lebih menarik, jika sebelumnya kubu kontra Fatin dikenal dengan sebutan haters,
maka baru-baru ini muncul kubu kontra baru yang sebenarnya tidak layak
dikategorikan sebagai haters. Hal ini disebabkan kubu ini pada awalnya
sangat mengapresiasi Fatin, terutama karena Fatin mengenakan jilbab yang
menjadi identitas bagi seorang muslimah. Ya, kubu ini adalah MUI. Saya yakin
sebenarnya sikap kontra yang ditunjukkan oleh MUI saat ini bukan didasari oleh
rasa benci, namun karena rasa cinta kepada penyanyi yang baru akan berusia 17
tahun pada 30 Juni mendatang. MUI menjadi kubu kontra terhadap tawaran yang
diajukan panitia Miss World pada Fatin untuk tampil memeriahkan acara tersebut.
Penolakan tersebut dilatarbelakangi oleh argumen yang menganggap acara Miss
World merupakan acara yang tidak sesuai dengan nilai dan prinsip Islam,
sementara Fatin yang mengenakan jilbab yang menjadi identitas seorang muslimah
tidak layak hadir dan mendukung acara tersebut.
Kembali
ke permasalahan BBM. Menaikkan atau tidak menaikkan harga BBM tentunya memiliki
manfaat dan mudharat-nya sendiri. Kubu pro menganggap perlu adanya
kenaikan BBM karena beban subsidi sudah terlalu besar, misalokasi, dan sangat
membebani anggaran negara. Sementara yang menolak, menganggap kenaikan itu
tidak perlu karena hanya akan menyengsarakan rakyat kecil dan masih ada cara
lain yang bisa digunakan untuk menyelamatkan anggaran negara. Sebenarnya hal
ini juga sama dengan Fatin. Keputusan untuk menerima atau menolak tawaran
tampil di acara Miss World juga memiliki manfaat dan mudharat
tersendiri. Manfaat yang dapat diperoleh diantaranya karena acara ini merupakan
acara tingkat dunia, maka ini menjadi peluang yang begitu langka dan berharga
bagi Fatin untuk dapat unjuk gigi di level internasional. Sementara mudharat-nya,
versi MUI, acara yang sebenarnya jauh dari nilai dan prinsip Islam tersebut
akan semakin mendapat dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk para
muslimah berjilbab seperti Fatin, yang ditakutkan dapat melepas jilbabnya dan
meniru kontestan Miss World yang mengumbar auratnya.
Seyogyanya,
kita semua harus bisa berpikir jernih dan tidak emosional dalam menghadapi
apapun, termasuk menghadapi fenomena hot ini yakni tentang BBM, Fatin, dan MUI.
Menyikapi BBM, kita sebagai rakyat sudah seharusnya mampu untuk memiliki
cakrawala yang lebih luas agar dapat bersikap bijaksana. Kenaikan harga BBM
menjadi Rp 6.500 per liter sebenarnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan
dengan saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air yang tinggal di pedalaman
dan jauh dari peradaban. Di sana, harga BBM bahkan ada yang menyentuh angka Rp
70.000 per liter. Ini kemudian membuat mereka terheran-heran karena yang
terjadi di perkotaan adalah rusuh dan demo habis-habisan menentang kenaikan
yang hanya menjadi Rp 6.500.
Sama
halnya dengan Fatin vs MUI. Di sini kita juga harus menyikapinya dengan wajar
dan bijaksana. Jika yang ditakutkan adalah Fatin sampai mengumbar auratnya dan
bisa mempengaruhi wanita-wanita berjilbab lain untuk menanggalkan jilbabnya,
serta dianggap mendukung acara yang tidak sesuai dengan nilai dan prinsip Islam
maka ini stigma yang hiperbolis (berlebihan). Acara X-Factor Indonesia,
sebenarnya juga banyak sisi yang mengumbar aurat wanita. Kita lihat seringkali
beberapa kontestan wanita lain mengenakan baju yang minimalis. Tetapi mengapa
kemudian MUI malah sempat mengapresiasi Fatin ketika menjadi juara dalam acara
yang notabene juga tidak sesuai dengan nilai dan prinsip Islam versi MUI?
Apabila
kita mampu menyikapinya dengan bijaksana, maka melihat negara kita yang berasaskan
Pancasila, seharusnya kita tidak terlalu mempermasalahkan Fatin yang menerima
tawaran tersebut. Toh dengan begitu, makin banyak juga orang yang terbuka
wawasannya mengenai wanita berjilbab. Bisa saja dengan melihat Fatin yang
mengenakan busana yang serba tertutup mampu meruntuhkan persepsi mainstream
yang mereka anut, yang menganggap wanita berjilbab hanya tunduk pada suami,
tidak dapat bekerja diluar rumah, dan begitu terbatas aktivitasnya. Haqqul
Yakin mereka juga akan kagum pada sosok Fatin yang berjilbab tapi mampu
bernyanyi dan menghibur banyak orang. Siapa tahu kemudian pada suatu saat ada
dari mereka yang tidak berjilbab, mau untuk berjilbab atau minimal menghargai
mereka yang berjilbab dengan melihat penampilan Fatin di Miss World 2013. Wallahua’lam
bisshawab
No comments:
Post a Comment